
MEMOonline.co.id. Sumenep - Sejak awal talk show dimulai, Owner Batik 'Canteng Koneng', Didik Haryanto menjelaskan secara filosofis nama yang dipakai untuk brand batiknya.
Ia Menyebut 'Canteng' berasal dari bahasa Madura yang berarti gayung. Sementara 'Koneng' berarti kuning.
Sehingga, secara etimologis, 'Canteng Koneng' berarti Gayung atau canting (alat membatik) berwarna kuning.
Selain itu, ia menyebut gayung adalah wadah air, sebab tidak akan ada kehidupan di dunia tanpa air. Sedangkan warna kuning identik dengan warna emas, benda berharga yang bernilai tinggi.
"Ini pertanyaan banyak orang, tapi saya tak pernah menjelaskannya. Baru sekarang di PWI Talk. Bahkan, saya juga tidak pernah mau diundang talk show, kecuali ini", kata Didik Cako, panggilan karib Didik Haryanto, menjawab pertanyaan host, Gita Larasati, saat menjadi narasumber PWI Talk, Sabtu (25/2/2023).
Pernyataan tersebut, merupakan merupakan rahasia terpendam yang selama ini tidak diungkap ke publik. Dan pernyataan tersebut merupakan jawaban kepada semua penanya sebelumnya, yang hingga kini belum mendapatkan jawaban. Dikatakan Didik, tidak mudah memulai usaha batik 'Canteng Koneng'. Saat merintis 2011, dirinya sudah punya usaha mapan di Bandung Jawa Barat.
"Tapi karena satu hal, saya terpaksa pulang ke Sumenep dan mulai menekuni batik", kenangnya.
Awalnya, design batik yang dibuat 'Canteng Koneng' mendapat banyak penolakan karena sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya.
"Sebagian mereka malah mencibir, bahkan menghina. Dibilang itu bukan batik," tutur Didik.
Namun saat ini, corak batik yang digagas 'Canteng Koneng' menjadi "kiblat" batik di Sumenep.
Didik juga tidak keberatan pembatik lain meniru pola motif batiknya, meski dirinya menyayangkan sikap itu.
Sebab, bagi Didik berkarya itu dengan hati. Bukan hasil meniru karya orang lain.
"Kamu boleh meniru batik saya, tapi orang tetap akan menganggap itu KW. Sampai kapan kamu mau disebut pengrajin batik KW?," tanyanya.
Didik juga menjelaskan, bahwa design batik 'Canteng Koneng' memiliki ciri khas dengan menyuguhkan satu titik pandang yang tegas dan menarik pada kain batik.
Sehingga orang yang mengenakan batik Canteng Koneng dipastikan terlihat semakin gagah.
"Karakter batik 'Canteng Koneng' sama seperti saya, tegas," imbuhnya.
Untuk harga jual batik Canteng Koneng cukup variatif, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 4 juta.
Dan itu, tergantung motif, pewarnaan dan bahan kain yang digunakan.
"Untuk harga di bawah satu juta, saya sudah tidak menyediakan. Biar pasar untuk kelas itu dilayani oleh pengrajin batik lain," sebutnya.
Ditanya jumlah karyawan yang saat ini bekerja di Canteng Koneng, Didik menyebut ada sekitar 50 orang.
Puluhan karyawan itu menyebar di sejumlah rumah produksi.
Sedangkan untuk Kantor pusatnya, berada di Jalan Kartini Gang II Nomor 1 Desa Pangarangan, Kecamatan Kota, Sumenep.
"Kalau soal besaran gaji, karyawan yang menentukan sendiri. Mereka tinggal nulis sudah mengerjakan apa saja dan menyelesaikan berapa potong. Yang penting kejujuran. Karena saya menerapkan manajemen taqwa, semua saya serahkan pada Allah," jelas Didik.
Dirinya tidak khawatir batiknya tidak laku di pasaran karena membandrol harga tinggi. Dia yakin, batik 'Canteng Koneng' mempunyai pasar tersendiri.
"Jika barang yang Anda jual tidak laku, itu bukan karena harganya yang kemahalan, tapi salah Anda memasarkan barang pada orang yang tidak tepat," tuturnya.
Didik mengimbau kepada para pelaku usaha agar tetap konsisten. Selebihnya, serahkan kepala Allah.
"Dan yang terpenting, kita jangan pernah mengatur Allah dan jangan mau diatur orang lain", tutup Didik di acara PWI Talk.
Penulis : Redaksi
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak