MEMOonline.co.id, Lumajang- Pengamen jalanan merupakan setiap orang yang melakukan aktivitasnya dalam mencari nafkah di jalanan, dengan melakukan suatu pertunjukan baik itu pertunjukan seni tari maupun seni musik.
Di setiap wilayah, khususnya di Kabupaten Lumajang hal itu sarat menjamur. Lalu lalang aktivitas pengamen, mewarnai keramaian/aktivitas warga.
Media ini sempat berbincang dengan salah seorang pria (pengamen -red), tak lama akan tetapi berhasil mengupas hingga sisi paling mendasar.
Sebut saja mangga (nama samaran) pria bertempat tinggal di Kecamatan Jatiroto itu, mulanya berasal dari wilayah Palembang. Semula ia merupakan pekerja migran di luar negeri bertahun - tahun dan kembali pulang ke tanah air dengan berbagai pengetahuan dibidang usaha jajanan.
Akan tetapi kandas ditengah jalan, modal habis jajanan tak laku, dan pada akhirnya, bapak dua anak itu terjun menjadi seorang pengamen, berjalan setapak demi setapak melantunkan lagu, demi mengais rejeki menafkahi keluarganya.
"Saya asli Palembang mas, menikah di Jatiroto punya dua orang anak. Saya buka usaha jajanan, tapi tidak jalan. Suatu ketika ada orang ngamen dan saya persilahkan duduk kemudian kami berbincang. Pendek cerita, hasil dari ngamen itu lebih tinggi daripada hasil atau pendapatan saya jualan," ucap dia, sesaat menenggak air mineral.
Lantas ia menggambarkan kebimbangan, antara mempertahankan usahanya yang ia rintis, ataukah menanggalkannya kemudian lanjut menjadi seorang pengamen jalanan.
"Ya saya goyah waktu itu. Lanjut usaha apakah tutup kemungkinan saya ngamen saja. Itu karena cerita pengamen yang datang ke tempat usaha saya itu, hasilnya ratusan ribu setiap hari," ucapnya.
"Saya sempat ngomong ke istri. Mulanya tidak boleh, tapi setelah beberapa waktu akhirnya diperbolehkan. Ya, desakan ekonomi mas. Anak dua - duanya sekolah, Alhamdulillah yang satu sekarang sudah menikah," imbuhnya.
Berbekal gitar manual, iapun berangkat mengayuh sepeda angin menuju tempat yang dianggap tepat untuk mengamen. "Ya berhenti, jalan lagi, berhenti jalan lagi gitu. Belum sampai satu kilo meter, dihari pertama itu, saya sudah 250ribu tidak sampai satu hari," ungkapnya.
Lama - kelamaan, bapak dua anak itupun mulai merasakan cocok. "350ribu itu sudah biasa mas, kalau Jum'at gini biasanya sepi, dapat 200ribu," tukas dia.
Dari awal gitar manual, bak makin meningkat sampai kini, box musik digital ia pergunakan dalam beraktivitas keseharian. "Kuncinya satu, mental harus kuat. Ya saya mohon maaf, bila ada yang kurang nyaman. Ini saya kerja, tidak minta - minta, nggak ngasihpun ya juga nggak apa - apa," pungkasnya.
Penulis : Hermanto
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak