Tradisi 'Arebbha Topak' Sehari Sebelum Puasa Ramadhan Bagi Warga Kabupaten Sumenep

Foto: Ilustrasi Ketupat
1126
ad

MEMOonline.co.id, Sumenep- Memang sudah menjadi tradis bagi masyarakat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk terus memupuk budaya berbagi (ter - ater atau arebbha 'bhs. madura red') ketupat, tepatnya sehari sebelum pelaksanaan puasa ramadhan.

Masyarakat diujung timur pulau Madura, biasa melakukan budaya ter - ater tidak cuma diawal bulan ramadhan, melainkan di moment - moment lain seperti lebaran, maulid atau dihari - hari besar lainnya, tak terkecuali saat malam jum'at tiba.

Tak hanya itu, dalam menyambut datangnya bulan Ramadlan menjadi sebuah tradisi yang kemudian mengakar dalam kehidupan umat Islam di berbagai belahan bumi.

Tak terkecuali di Indonesia yang masyarakatnya majemuk, tradisi menyambut datangnya bulan Ramadlan menjadi semacam hukum yang tak tertulis.

Meski berbeda-beda, tapi esensinya sama; mengikuti sunnah Rasul SAW dalam memuliakan Ramadlan.

Seperti di Sumenep Madura misalnya, ada beberapa tradisi penting menyambut bulan seribu bulan ini.

Baik yang masih terus dilestarikan maupun yang sudah mulai terkikis arus jaman

Dalam hal kuliner, Sumenep memang kaya ragam dan kekhasan.

Warga Sumenep juga begitu antusias menyambut berbagai momen dengan masakan khas, sehingga tak heran jika menjelang masuk bulan Ramadlan maupun di bulan Ramadlan, kegiatan masak-memasak ber-jam terbang tinggi.

Namun bedanya, kegiatan ini lebih sarat pada aksi sosial.

Tradisi yang biasa dikenal sebagai budaya ter-ater atau arebbha menjelang masuk bulan Ramadlan.

“Biasanya warga itu memasak menu makanan yang selanjutnya diberikan pada tetangga sekitar, sanak famili, kaum fakir miskin, maupun anak yatim,” kata Dewi (20), salah satu warga Desa Beluk kenek, Kecamatan Ambunten, Sumenep, Senin (11/03/2024).

Menurutnya, bahasa Ter-ater atau arebbha ini sejatinya bukan istilah yang baku.

Istilah lainnya ialah selamatan atau dalam bahasa agama ialah shadaqah yang diadopsi menjadi kata sedekah.

Tradisi ini terus hidup hingga saat ini dalam berbagai tingkat masyarakat, sehingga tak salah jika kesannya seperti tukar-menukar makanan antar warga suatu kampung atau Desa.

Di tempat lain di belahan Bumi Sumenep, mekanisme arebbha yang berbeda merupakan hal biasa.

Seperti di kawasan pedesaan misalnya. Masyarakat di sana memiliki teknis tersendiri.

“Kalau di Desa saya, arebbha itu dengan memasak makanan yang enak dan diantar ke mushalla-mushalla,” kata Haniyah (25), warga Desa Beluk Raja, Kecamatan Ambunten, Sumenep.

Dalam menyambut Ramadlan, warga Sumenep begitu semarak. Sehingga untuk melihat pemandangan kolektif memperbarui keadaan tempat tinggal atau rumah, hanya bisa saat menjelang masuknya bulan suci ini.

“Ya, seperti mengecat, menambal tembok yang pecah atau retak, atau juga termasuk mengganti properti rumah yang sudah rapuh, dan lain sebagainya,” kata Dalilah (30), warga Desa Keles, Kecamatan Ambunten.

Pemandangan serupa juga bisa ditemui di tempat-tempat ibadah. Seperti mushalla, langgar, dan apalagi masjid. Lokasi-lokasi yang di saat bulan Ramadlan begitu dipadati oleh warga, terutama di saat-saat menjelang, buka puasa, shalat tarawih, atau pasca sahur.

Penulis     :    Alvian

Editor        :   Udiens

Publisher  :  Syafika Auliyak

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Sumenep- Seorang warga Desa Gapura, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, bernama Andi, menjadi korban tuduhan palsu yang berujung...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Seorang warga Sumenep, Taufikurahman, diduga menjadi korban penganiayaan oleh oknum polisi bersama lima orang...

MEMOonline.co.id, Lumajang- H. Biarsum, tokoh masyarakat asal Desa Mlawang Kecamatan Klakah Lumajang, memantapkan pilihannya pada pasangan...

MEMOonline.co.id, Jember- Lakalantas terjadi di perlintasan kereta api mobil bernopol N 1527 DM warna putih yang ditumpangi bersama penumpang lainnya...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumenep sukses menggelar sosialisasi Pilkada Serentak 2024 dengan menggandeng Komisi...

Komentar