MEMOonline.co.id, Sumenep – Bagi Warga Dusun Tanunggu, Desa Muntorna, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep, Madura, Jawa Timur, persoalan ketersediaan air bersih, masih menjadi momok tahunan yang tidak boleh tidak harus dilalui.
Pasalnya, untuk mendapatkan air bersih, harus bergulat dengan lumpur demi mendapatkan air bersih, khususnya saat musim kemarau.
Didaerah tersebut, para perempuan yang bertugas mencari air bersih. Sedang para laki-laki bekerja di sawah menjadi kuli atau tukang gali sumur untuk mencari sumber mata air.
Situnah, salah satu warga menuturkan setiap musim kemarau warga kesulitan mendapatkan air bersih.
"Untuk mendapatkan air harus antre sampai satu atau dua hari, karena sumber mata air sudah banyak yang habis," katanya.
Menurutnya di Dusun Tanunggu ada sekitar 950 warga yang kesulitan kesulitan air bersih setiap kemarau tiba, termasuk dirinya. Sejumlah warga sebanrnya memiliki sumur, namun airnya selalu kering setiap musim kemarau. Jika ada sumber mata air warga harus menempuh jalur cukup jauh.
"Itupun airnya berkerut, tidak sejernih air yang biasa dikonsumsi masyarakat pada umumnya," jelasnya.
Wanita 29 tahun itu mengaku sejak kecil mengalami kesulitan air. Bekas hitam melekat di pinggulnya akibat sering menahan timba air setiap hari.
Salah satu tokoh pemuda Desa Muntorna Junaidi mengaku sejak musim kemarau tiba tidak satupun warga mendapatkan bantuan air bersih, baik dari pihak swasta ataupun bantuan yang disediakan oleh pemerintah daerah.
"Tidak ada bantuan sama sekali, bahkan warga disini terpaksa mencari sumber mata air sendiri. Tapi karena keterbatasan alat selalu gagal," jelasnya.
Saat ini kata Junaidi warga di warga yang tinggal di Dusun Kembangsuka dan Dusun Berkongan juga mengalami nasib yang sama.
"Kami harap ada perhatian dari pemerintah, kasihan warga, kami juga warga Sumenep yang berhak mendapatkan kehidupan yang layak. Jangan karena kami ada di daerah terpencil, kemudian kami dianak tirikan," tegasnya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep R. Abd Rahman Riadi mengatakan bantuan air bersih untuk Desa Montorna sudah dilakukan pendistribusian air bersih. Namun, dirinya menyadari tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, salah satunya keterbatasan armada.
"Untuk suplai air di Desa Montorna dan Prancak sudah kami lakukan. Tapi tidak setiap hari. Karena harus gantian dengan daerah lain," katanya.
Saat ini kata Rahman terdapat 48 Desa yang mengalami krisis air bersih. Sehingga pendistribusian air bersih harus bergantian. Satu kali pengiriman sebanyak 6 ribu liter air bersih.
"Kami terus melakukan pengiriman air bersih, tapi harus gantian. Hari ini kami kirim air bersih ke daerah Kecamatan Talango," tegasnya. (Ita/diens)