MEMO online, Sumenep - Minat pedagang untuk memasarkan hewan dagangannya di Pasar Ternak Terpadu yang terletak di Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Sumenep, Maduda, Jawa Timur menurun derastis.
Informasinya setiap pekan hanya terisi sekitar 70 ekor sapi, dari awal mencapai 400 ekor setiap hari pasaran.
"Awal dibuka sekitar 400 ekor sapi. Sedangkan waktu pasar hewan masih di Bangkal bisa mencapai 700 hingga 1.000 sapi setiap kali pasaran," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep, Syaiful Bahri, Rabu, (20/12/2017).
Menurutnya, berdasarkan informasi yang dihimpun Disperindag, enggan memasarkan karena lokasinya tidak terjangkau. Karena mayoritas pedagang hewan berasal dari daerah pantai utara (Pantura), seperti Kecamatan Dungkek, Batu Putih, Gapura, Batang-batang dan juga Pasongsongan. "Selain minimnya fasilitas disana," ungkapnya.
Oleh sebab itu, tahun depan Disperindag berencana akan membangun fasilitas umum seperti, MCK (mandi, cuci dan kakus), Moshollah dan juga pemasangan paving. "Supaya ketika hujan tidak lagi becek," jelasnya.
Untuk diketahui, Per 20 Oktober 2016 Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan untuk menutup pasar hewan Bangkal. Pedagang dialihkan ke Pasar Hewan Ternak Terpadu.
Pembangunan pasar modern itu dimulai pada 2014, dana yang digelontorkan Rp 2,3 miliar bersumber dari APBN. Kemudian, pada tahun berikutnya, digelontorkan dana Rp 200 juta. Dana itu diambilkan dari APBD kabupaten. Anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan gedung pusat kesehatan hewan (puskeswan). Saat ini pasar tersebut tidak diminati pedagang. (Ita/diens)