Oleh: Maliatus Zahroh
MEMOonline.co.id - Sering kali manusia lupa bahwa tak ada kesenangan di dunia selain ketenangan dhahir dan batin. Kedamaian jiwa adalah kunci utama dalam menggapai ketenangan hidup.
Namun yang menjadi tanya, bagaimana kedamaian itu bisa didapat sementara hal itu bukanlah produk dari kekayaan materi, ketenaran, ataupun beragam kesenangan lainnya yang bersifat material?
Pertanyaan itu akan terjawab dengan mudah jika saja manusia yang
beragama menyadari akan hadirnya iman dalam jiwa. Karena kedamaian
merupakan produk dari satu fase yaitu iman.
Kejadian demi kejadian yang dialami manusia merupakan beberapa contoh
yang patut dijadikan cermin dalam menjalani kehidupan.
Seseorang yang mengalami guncangan jiwa dan menderita batin karena dangkalnya iman dan keyakinan tidak akan mendapat kedamaian walaupun hidupnya penuh dengan kemewahan material. Dan mungkin hanya akan menghadirkan perasaan tidak berarti.
Jika diumpamakan, iman merupakan kebutuhan pokok manusia yang akan
mendasari kehidupan baragama.
Namun saat ini, banyak remaja yang mulai terkikis rasa imannya dengan memilih terjun dalam pergaulan bebas, yang justru itu merupakan penyakit hati yang menjangkiti jiwa mereka.
Norma-norma agama tidak lagi menjadi pembatas dalam bergaul dengan lain jenis.
Malah mereka seringkali mencari-cari kesempatan untuk berbagi waktu bersama pasangan—tentu yang bukan muhrim—padahal dengan begitu, justru kerap kali mereka dihantui rasa takut akan ketahuan orang lain dan segala dugaan lainnya yang membuat hati sedemikian gusar.
Tak terelakkan bahwa manusia hidup di dunia mengiginkan rasa aman. Keinginan akan rasa aman adalah salah satu naluri dasar manusia.
Sedangkan rasa aman yang hakiki hanya dapat terasa ketika hati
dipenuhi oleh nilai-nilai keimanan.
Jika ada orang yang menyangkal bahwa keimanan justru mendatangkan
rasa ‘tidak aman’, karena melihat realita bahwa orang-orang yang
mempertahankan keimanan mereka justru mengalami berbagai bahaya yang
mengintai.
Seperti mereka yang dikejar-kejar penguasa karena tidak mau
menggadaikan keimanannya untuk kepentigan penguasa, ataupun para ulama
yang dipenjarakan penguasa karena memegang teguh keimanannya.
Dan hal seperti itu tidak hanya terjadi pada saat sekarang saja. Justru sudah
sejak zaman-zaman terdahulu. Semua pejuang islam terbaik bukan tidak
aman. Mereka justru aman dari siksa Allah.
Jadi rasa aman disitu bukan berarti aman dari gertakan mereka yang
tak beriman, melainkan dari murka Allah yang akan merugikan kita di
akhirat nanti. (*)