MEMOonline.co.id, Pamekasan - Mobil Kyai Ma'ruf Amin sempat dihadang dan dilempari benda keras oleh warga di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Akhirnya, agenda ziarah ke makam buyutnya batal.
Penghadangan yang dilakukan oleh secuil warga yang mengenakan kaos berwajah Prabowo-Sandi di Desa Jembringin, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, sekira pukul 17.30 WIB.
Rupanya, tindakan arogansi yang dilakukan oleh pendukung paslon nomor urut 02 itu menuai kecaman dari berbagai kalangan.
Sebab, tindakan tersebut tidak sesuai dengan watak orang Madura. Dipercaya ramah dan tamah, sopan dan santun.
Hal itu disampaikan Pengurus FPI Pamekasan Bidang Dakwah, Kyai Rusdi Mohammad Hasan.
"Itu tindakan yang sangat disayangkan sekali. Dan daya terus terang kecewa dan menyesalkan, apalagi disana ada atribut-atribut FPI," kata Kyai Rusdi.
Sehingga, kata Rusdi, dirinya sebagai pengurus FPI menyayangkan hal itu. Sebab menurutnya, Kyai Ma'ruf Amin mempunyai terhadap FPI.
"Karena terus terang, Kyai Ma'ruf Amin itu sebetulnya orang yang berjasa kepada FPI. Karena beliau yang menandatangangi fatwa MUI yang menjadi landasan hukum kasus Ahok waktu dulu. Sehingga Ahok dijerat dengan fatwa itu," tuturnya.
Mantan anggota Laskar Anti Korupsi 45 (Laki 45) periode 2014 itu menjelaskan bahwa, jika FPI turut campur dalam hal itu, mana rasa hutang budinya kepada beliau (Kyai Ma'ruf).
"Pertama, yang jelas Kyai Ma'ruf Amin bagian dari kita. Kedua, bagaimana pun beliau adalah Kyai dan Ulama' besar yang diakui keulama'annya dan kekyaiannya," ungkapnya.
Tak hanya itu, Pengurus FPI Bagian Dakwah itu menegaskan tindakan arogansi warga dan keterlibatan beberapa anggota FPI ketika dilihat dari segi etika itu keluar dari jalur akhlak.
"Sangat keluar dari etika dan akhlak. Istilahnya dalam bahasa Madura cangkolang (melanggar etika sopan santun kepada yang lebih tua). Masak Kyai sepuh dipersekusi," tegasnya.
Anggota BNN itu menuturkan, mengenai milih-memilih dan dukung mendukung dalam Pilpres ini hak masing masing. Namun, kata dia, ini seolah ada intervensi politik.
"Ini seolah-olah ada intervensi politik, yang mengkaburkan dan menghilangkan kesadaran didalam pendidikan berdemokrasi di Indonesia. Kita bolehlah berkampanye, mengajak orang ke 01 atau ke 02 itu hak masing-masing warga.
Akan tetapi, satu, Kyai Ma'ruf itu bukan rana kampanye. Kedua, sebelumnya kita sudah melakukan kesepakatan tidak terjadi apa-apa. Tetapi kenyataannya, diperjalanan terjadi penghadangan yang sedemikian rupa. Kalau berbicara massa, kami juga punya massa. FPI punya massa, NU punya massa, apa yang ditakitkan," paparnya dengan jeli.
Menurutnya, itu pelecehan terhadap Kyai. Bukan hanya itu, bahkan pelecehan terhadap Cawapres Republik Indonesia.
"Ini seharusnya dihormati. Apakah kita lupa bahwa kita adalah orang yang beragama. Apakah kita lupa sebagai warga Madura yang selalu mengedepankan etika dan akhlak," ucapnya dengan tegas.
Selain itu, kata Tokoh Kharismatik FPI Pamekasan, yang ditakutkan dalam kehadian itu ada sebuah komando untuk melakukan persekusi terhadap Ulama.
Dengan begitu, kata dia, sebuah kegagalan dalam pembelajaran beretika dan akhlak dalam Islam.
"Saya khawatir kalok ini sampek kejadian tersebut adalah hasil daripada komando misalnya dari seseorang, sangat disayangkan, karena sebuah kegagalan dalam pembelajaran etika dan akhlak," tukasnya.
Bukan hanya itu, Pendakwah dari berbagai pelosok desa di Pulau Madura berhadap anggota FPI yang terlibat dalam kasus tersebut meminta maaf, baik kelembagaan dan person.
"Secara kepengurusan sebetulnya tidak ada. Nah, sekarang FPI harus bertanggungjawab, minimal mengklarifikasi, memang perintah atau memang kebetulan itu tidak jelas," pungkasnya. (Faisol)