MEMOonline.co.id, Lumajang - Lagi - lagi sebuah kisah dibagikan oleh akun Facebook bernama @Fortune Miyako ke Facebook Grub Sahabat M.A.S.
Menceritakan tentang 17 remaja ditemukan dalam keadaan memprihatinkan, di dua lokasi kontrakan tepatnya di Gemolong Kabupaten Sragen.
Kisah tersebut, bermula dari adanya laporan warga Kabupaten Wonosobo pada pihak kepolisian setempat, tentang cucunya yang sempat hilang selama tiga bulan lamanya.
Kemudian, ada informasi terlacak dari hand phone, bahwa cucunya itu terdeteksi ada di Gemolong. Pihak kepolisian setempatpun melakukan penelusuran menuju lokasi tersebut.
Hingga ditemukanlah 2 rumah kontrakan di Dukuh Ketagan Kecamatan Gemolong. Ke 17 remaja itu ditemukan disana. Hasil pendataan polisi, mereka berusia belasan hingga 20 tahun. Ditemukan dalam kondisi memprihatinkan.
Saat kali pertama ditemukan, sebagian diantaranya dalam kondisi kelaparan dan penampakan lusuh.
Dari 17 remaja yang diamankan, 12 diantaranya adalah remaja pria dengan rentang usia 19 hingga 20 tahun. Sedangkan 5 lainnya adalah remaja putri dengan usia di bawah 20 tahun dan ada 3 yang masih di bawah umur.
Semua remaja dan ABG itu yang diketahui berasal dari luar Sragen itu, kemudian diamankan di Mapolsek setempat untuk dimintai keterangan.
Mereka mangaku, mulanya tergiur akan pekerjaan mudah dengan gaji besar, dengan syarat menyetor Rp 8,7 sampai Rp 9 juta kepada leader atau orang yang bertugas merekrut anak buah, agar bisa mendapat gaji besar.
Namun, semua itu dirasa hanyalah omong kosong belaka.
Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH SIK MM MH, lulusan S3 di Universitas Padjajaran tersebut menjelaskan, bisnis money games paling jahat adalah Q-Net.
Kata Kapolres, dalam prosesnya mereka selalu melakukan penipuan berupa adanya lowongan pekerjaan dengn gaji besar. Tapi setelah orang-orang datang dari berbagai daerah, mereka kumpulkan dengan dalih presentasi tapi sebenarnya proses cuci otak dilakukan sedemikian rupa. bahkan ada member baru yang sampai sinting karena proses cuci otaknya di skenario sedemikian rupa.
"Korban yang disragen saja kita bisa lihat mereka sampai menahan lapar dan dalam kondisi mengenaskan. Betul-betul proses bisnis money games yang sangat kejam,” ungkap Arsal putra asli Makasar tersebut, Sabtu (21/9/2019).
"Banyak dari mereka yang ingin kembali ke kampung halaman, namun tidak memiliki ongkos untuk pulang ke daerah masing-masing dan mereka bertahan hidup dengan makan seadanya, kadang sehari cuma makan sekali," tukas Kapolres.
Hal ini tak jauh beda dengan apa yang terjadi di Lumajang, mulanya warga melapor karena anaknya tak kunjung pulang, hingga berbuah penangkapan 'K' warga Madiun, soal Q-Net. (Hermanto)