MEMOonline.co.id, Sampang - Tugas seorang jurnalis di tengah mewabahnya virus Corona (Covid -19 menjadi catatan tersendiri bagi seorang pemburu berita yang tidak mengenal lelah.
Pekerjaan yang tidak mengenal waktu, bahkan rela meninggalkan keluarganya demi sebuah berita yang akan disajikan kepada masyarakat luas.
Bahkan dengan kondisi saat sekarang, dengan mewabahnya Covid -19, seorang jurnalis dituntut untuk menulis perkembangan terkini dengan resiko yang cukup berbahaya.
Tricahyo SW, seorang jurnalis di Kabupaten Sampang menyampaikan, merebaknya Covid - 19, menjadi catatan tersendiri bagi dirinya. Bahkan dengan situasi terkini, dirinya merasa kuwatir dan bahkan juga bagi teman - teman jurnalis yang ada di Kabupaten Sampang.
"Situasi saat ini, seorang jurnalis punya resiko yang cukup besar, pemerintah bukan hanya menghimbau, tapi tidak bisa memberikan solusi," jelasnya, rabu (1/4/2020).
Menurut Wiwid biasa dipanggil, kondisi saat ini, seorang jurnalis dituntut untuk berfikir ulang, dan bahkan mencari sebuah berita semenarik mungkin untuk disajikan kepada masyarakat agak lumayan sulit.
"Berita tentang Virus Corona saat ini lagi banyak diminati oleh masyarakat, sehingga berita berita yang lain tenggelam," jelas bapak yang sudah punya anak 5 dan 2 cucu ini.
Apalagi dengan adanya peraturan "Di rumah Saja" banyak masyarakat yang enggan keluar rumah, terkecuali dengan terpaksa.
"Padahal setiap harinya, kami sebagai kepala rumah tangga juga dituntut menafkahi keluarga," ujarnya.
Juga saat sekarang harga kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik, sementara himbauan pemerintah untuk jangan berkerumun, jaga jarak, jaga kebersihan dan perbanyak mengkonsumsi vitamin.
"Itu sama saja menyuruh kami menghindar dari mulut macan, tapi menghadapkan kami pada mulut singa," ungkap bapak asli dari Desa Patarongan Torjun.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hanggara, sebab, seorang jurnalis mau tidak mau harus berhadapan langsung dengan masyarakat yang sebelumnya sudah memiliki asumsi bahwa harus memberlakukan Sosial Distancing ataupun Psykal Distancing di tengah pandemik Covid-19 ini.
Sehingga narasumber yang ditemuinya sulit memberikan komentar saat hendak di dekati.
"Kesulitannya untuk mendekati narasumber, apalagi narasumbernya pendatang dari kabupaten lain yang levelnya sudah masuk zona merah," jelasnya. (Fathur)