Petani Garam Sumenep Was-Was,  Harga Anjlok  Jelang Musim Kemarau

Foto: Petani garam Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget saat meninjau lahannya 
849
ad

MEMOonline.co.id, Sumenep – Sejumlah petani garam yang ada di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengaku was- was menggarap lahan garamnya, lantaran anjloknya harga garam, jelang musim kemarau /atau musim tanam tahun 2020.

Apalagi sampai saat ini, petani garam Sumenep belum mendapat kabar dari pemerintah terkait jumlah serapan garam tahun ini.

Dan yang paling menyedihkan, saat ini tempat penyimpanan garam petani masih penuh akibat hasil panen tahun 2019 lalu belum juga terbeli.

Garam-garam petani menumpuk disepanjang jalan Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget.

Sementara tambak garam petani belum ada satupun yang digarap. Padahal ditahun-tahun sebelumnya musim seperti saat sekarang, petani garam biasanya sudah sibuk mempersiapkan tambaknya.

Tambak garam petani masih penuh dengan air sengaja tidak dikeringkan, hanya terlihat beberapa petani mengecek tambaknya sesekali memperbaiki tanggul.

Salah satu petani gara di Desa Pinggir Papas, Suharto mengatakan belum ada kepastian ia akan menggarap garam tahun ini dengan perimbangan banyak hal.

“Kami sebenarnya butuh kepastian dari pemerintah, apakah garam kami akan dibeli. Jangan-jangan seperti tahun lalu, harganya murah akibatnya hingga sekarang masih menumpuk,” katanya, Senin (8/6/2020).

Suharto berharap pemerintah segera menyerap garam dari petani dengan harga yang layak, tidak buru-buru membahas soal impor garam. 

Apalagi himpitan ekonomi petani garam disaat pandemi Corona membuat petani garam semakin sulit.

“Kami menginginkan garam produksi tahun 2019 lalu dibeli oleh pemerintah tentunya dengan harga layak. Jika tidak, maka dipastikan kami tidak akan punya tempat penimbunan hasil panen jika nanti kami menggarap lahan,” tambahnya.

Lebih lanjut Suharto menceritakan, kebanyakan petani garam diwilayahnya memilih tidak menjual garamnya karena harganya anjlok. 

Saat ini garam petani hanya dihargai Rp. 350.000 perton untuk KW1. Sementara KW2 hanya Rp. 250.000.

Harga itu menurut petani masih jauh dari biaya produksi yang dikeluarkan. 

Oleh karena itu petani terpaksa menimbun garamnya dipinggir-pinggir tambak ditutupi terpal yang biasa dipakai untuk alas tambak garam. (Hariri/diens).

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Lumajang- Pria inisial 'J' oknum guru honorer di lingkup lembaga pendidikan SDN Kaliuling 01 Tempursari Lumajang, ditetapkan...

MEMOonline.co.id, Lumajang- Pasca mangkir dipanggil penyidik Tipidkor Satreskrim Polres Lumajang jelang lebaran kemarin, Ning Farin istri Cak Thoriq...

MEMOonline.co.id, Lumajang- Pria inisial 'MH' warga Desa Sumberejo Kecamatan/Kabupaten Lumajang, dipolisikan. Bukan tanpa sebab, pria yang akrab...

MEMOonline.co.id, Jember- Viral di media sosial, foto jalan rusak parah di Dusun Gumuksuda, Desa Mayang, Kabupaten Jember, menuai sorotan publik....

MEMOonline.co.id, Sumenep- Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Sumenep, Abd Rahman, mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) agar lebih aktif dan sigap...

Komentar