![](/img/full/?file=uNewsIMG-115f4b52ec87112_1598771948.jpg)
MEMOonline.co.id, Sumenep - Komunitas Ruang Tengah Sumenep (RTS) kembali menggelar serial diskusi pemilihan kepala daerah (Pilkada). Kali ini, dua tokoh partai politik pendukung calon Bupati Sumenep sama-sama hadir sebagai pemateri.
Pilkada Sumenep 2020
Kubu Fattah Jasin diwakili oleh Akis Jasuli anggota komisi II DPRD Sumenep, ia juga dikenal sebagai seorang politisi muda dari partai Nasdem.
Sementara kubu Achmad Fauzi mengutus sekretaris DPC PDIP Sumenep, yakni Abrori Alsael, seorang politikus senior, pria itu dipercaya menjadi wakil mereka diacara diskusi tersebut.
Acara yang di gelar di kedai Andien pada Sabtu (29/8/20) kemarin itu sungguh amat menarik. Sebab, dua tokoh interpretasi dari kedua kubu sama-sama ngotot, bahwa pemimpin yang diusung partai politiknya-lah yang paling pantas menduduki kursi Bupati.
Dalam serial diskusi yang digagas oleh Abdul Gani cs itu, Akis Jasuli memaparkan, budaya politik di Sumenep menurutnya kental dengan nuansa religius. Sehingga, jargon kampanye kedua tokoh menggunakan istilah dari langit.
"Bismillah melayani atau Sumenep Barokah, yang jelas Sumenep Barokah, Barokah dalam segala aspek, baik aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan dan pembangunan," paparnya diiringi senyum.
Tak mau kelah dengan Akiss, Abrori menyapaikan, pasangan Fauzi-Eva ibarat mitologi China melambangkan Yin dan Yang, artinya ada keseimbangan dalam pasangan tersebut.
"Ada laki-laki dan perempuan, jadi tidak ada arogansi kekuasaan disana, masyarakat tinggal pilih, mau mantan birokrat dari generasi sisa kolonial seperti Fattah Jasin, atau pak Fauzi yang millenial," jelasnya sembari melemparkan senyum terhadap audience.
Kegiatan diskusi yang digelar 2 Minggu sekali itu merupakan yang kedua sejak di selenggarakan pertama kalinya pada Sabtu (15/8/20) lalu.
Dimana, pada kesempatan kedua tersebut dihadiri sejumlah tokoh dan puluhan Mahasiswa. Jalannya diskusi begitu semarak tak kala kedua utusan calon Bupati itu adu argumentasi, terlebih lagi keduanya merupakan mantan aktivis mahasiswa dimasanya.
"Harus kami akui, waktunya tidak cukup, padahal diskusi sangat seru dan banyak beberapa persoalan yang belum terjawab, mungkin kedepan harus digelar pada malam hari," ucap salah seorang peserta diskusi dari kalangan mahasiswa.
Sementara itu ketua RTS Abdul Gani mengatakan, pihaknya tidak menafikkan jika waktu yang disediakan sangat terbatas, terlebih lagi kegiatan dimulai sedikit molor.
"Kedepan akan kami pertimbangkan, mungkin memang lebih seru kalau digelar pada malam hari," tandasnya. (Zai/red)