
MEMOonline.co.id. Jember - Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang melimpah.
Salah satu warisan budaya Indonesia yang telah mendunia dan dikenal keberadaannya adalah alat musik tradisional.
Alat musik yang turun menurun hidup dan berkembang di daerah tertentu.
Seperti yang dilakoni Sutaji, warga Dusun Curah Renteng, Desa Pancakarya, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, tetap eksis hingga saat ini.
Sutaji menjelaskan, sudah berjalan selama 39 tahun. Ia merintisnya sejak tahun 1983 silam hingga 2022.
Sementara pelanggan pun bertebaran diberbagai daerah hingga ke mancanegara.
Mulai Bali, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi, Sampang, Pamekasan, Bangkalan dan daerah lainnya.
Tidak hanya sampai disitu, sebanyak satu set alat musik ciptaannya pernah di ekspor ke luar negeri.
Salah satunya yakni Australia, oleh rekan bisnisnya beberapa tahun lalu.
Sementara untuk harga kentongan bervariasi dibanderol Rp 12 hingga Rp 14 juta.dala
Sementara harga kayu nangka dalam satu set alat musik kentongan dibanderol Rp 12 hingga Rp 14 juta.
"Saya punya banyak teman di berbagai daerah yang bisa dihubungi kapan saja untuk mencarikan kayu nangka.
Bisa melalui telepon, mereka langsung mencarikan kayu nangka,"tutur sutaji Senen (17/12).
Dan untuk ukuran kentongan paling kecil, dan ukuran jumbo panjangnya kisaran 45 h centimeter dengan 15 medle.
Dan ukuran besar bisa mencapai 160 centimeter hingga 200 centimeter dengan rata-rata 30 medle.
Masih kata dia, Sedangkan untuk kayu mahoni maupun kayu mangga, harganya bisa dibawah itu.
Jenis kayu turut menentukan kualitas bunyi yang dihasilkan, sementara penggarapan alat musik kentongan tersebut memakan waktu 2 bulan.
"Untuk menyelesaikan satu set Kentongan, bisa memakan waktu dua bulan. Jenis kayu juga menentukan kualitasnya mas,
Soalnya tergantung cuaca. Kalau terang, bisa cepat kering. Tapi kalau musim hujan, lama keringnya,"pungkasnya,
Penulis : Zainullah
Editor : Udiens
Publisher : Satrio Pininggit