
MEMOonline.co.id, Pamekasan - Kajian muslimah Islam Lovers Clum (ILC) yang dibubarkan paksa MENWA IAIN Madura pada (8/3) kemaren, hingga saat ini menjadi momok bagi kalangan aktivis mahasiswa.
Sebab, mereka menduga nama ILC itu hanyalah sebatas kedok belaka untuk mengelabui mahasiswa dan dosen yang ada di lingkungan IAIN Madura.
Padahal faktanya, kata dia, ILC dilihat dari akun medianya memiliki ideologi yang tak jauh berbeda dengan organisasi terlarang HTI, diduga ingin menegakkan paham khilafah dan jelas menentang Pancasila.
"Intinya apapun nama komunitasnya tapi ajarannya masih berbau radikal wajib kita pantau dan perangi," kata Lian Fawahan, mantan Presiden Mahasiswa (Presma) IAIN Madura.
Mantan Presma periode 2016-2017 itu menuturkan, setelah HTI bubar, lahirlah 'Komunitas Royatul Islam' yang disingkat Karim. Dia pun mengira ILC serupa, namun beda kostum.
Menurutnya, komunitas itu saat ini sedang gencar-gencarnya menyerang anak muda, sasarannya komunitas pemuda dan sekolah menengah umum.
Dinas pendidikan musti ambil tindakan, sebelum generasi kita menjadi pemberontak negeri ini.
"HTI memang dibubarkan, namun gerak ideologis mereka tak akan pernah mati. tetap waspada," tegas Lian.
Lebih lanjut, kata dia, geraknya sama, tak akan menyebut HTI, namun tujuannya tetap tegaknya khilafah HTI. Legitimasi bendera Tauhid menjadi simbol tegaknya khilafah Islamiyah ala HTI.
Mengapa aktivis PMII sangat geram dengan adanya komunitas radikal. Sebab menurutnya, sewaktu dirinya menjadi Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), berdasarkan hasil rekomendasi bersama, melarang berbagai bentuk kegiatan yang berpaham anti Pancasila dan anti NKRI.
Dan membangun Tridarma perguruan tinggi yang prima, serta melakukan sinergi antar perguruan tinggi agama dalam upaya pengembangan kelembagaan dan mengkampanyekan Islam Rahmatan Lil Alamin. (Faisol)